Kamis, 02 Januari 2014

metodologi penelitian tentang hubungan model pembelajaran outdoor learning dengan motivasi belajar siswa




HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI MAN 2 METRO



Oleh:

Fitri Nuryani
(1113034034)


 

 









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwa geografi merupakan bagian dari mata pelajaran IPS. Dan terindikasi bahwa sebagian besar siswa tidak mengikuti pelajaran ini dengan baik. Kajian geografi cenderung mengarah pada fenomena manusia sebagai kajian utama, sedang fenomena alam sebagai pendukungnya. Kecenderungan itu dapat dicermati dari pandangan umum, bahwa istilah geografi hampir identik dengan kependudukan. Oleh karena itu kerja  pembelajaran kedepan perlu mengembalikan pada jati dirinya, yaitu menempatkan fenomena alam dan fenomena manusia serta hubungan timbal balik keduanya secara proporsional. Keproporsionalan itu menjadi penting agar kedudukan dan fungsi bidang geografi ini dapat ditempatkan secara tepat sesuai dengan hakekat dan ruang lingkupnya.
Dewasa ini menjadi kesan umum, bahwa geografi dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas untuk menghafalkan fenomena geosfer, seperti nama kota, daerah, pulau, sungai, jumlah penduduk, hasil tambang, produk pertanian, dan lain sebagainya yang perlu diketahui siswa diluar kepala.
Nuansa pembelajaran seperti itu bukan hanya tidak menarik, tetapi juga menyebabkan bidang geografi sebagai bidang disiplin ilmu tidak dapat berkembang secara optimal baik secara teoritis maupun secara praktis. Penyajian pelajaran geografi yang sifatnya monoton, baik dari segi pemilihan metode maupun situasi dan kondisi dalam kelas juga berpengaruh pada kurang minat dan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya berpengaruh pada pencapaian prestasi yang kurang maksimal.
Berdasarkan latar belakang diatas,fokus masalah penelitian ini adalah pembelajaran geografi menggunakan outdoor learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa-siswi MAN 2 Metro.

1.2  Rumusan Masalah
Apakah penggunaan outdoor learning dalam pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Metro daripada penggunaan metode yang sebelumnya?

1.3  Tujuan
a.       Mengetahui pembelajaran geografi dengan menggunakan outdoor learning in park/field dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Metro.
b.      mendeskripsikan pembelajaran geografi dengan menggunakan outdoor learning in park/field dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Metro.
1.4  Kegunaan penelitian
a.       Bagi siswa,dengan diadakannya outdoor learning maka akan memperbaiki atau meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Metro.
b.      Bagi guru, dengan diadakannya outdoor learning maka akan memperbaiki dalam mengajar geografi yang tepat.
c.       Bagi sekolah adalah meningkatkan citra nama baik sekolah,karena jika semua pihak telah berhasil dalam kinerjanya,maka sekolahpun terkenal baik.














BAB II
KEPUSTAKAAN
2.1 Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

2.2 Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalaui interaksi dengan lingkungan (Hamlik Pemar: 2001)  menurut pengertiaan ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku,maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Adapun ciri – ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian  belajar (Slameto : 1991) adalah sebagai berikut :
a.      Perubahan Yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti bahwa individu yang belajar, akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang – kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b.      Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional.
Suatu perubahan yang akan terjadi menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya 
c.       Perubahan dalam belajar bersifat Positif dan AKtif.
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu perubahan tidak terjadi dengan sendirinya tetapi harus ada usaha individu itu sendiri.
d.      Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap atau permanen. Sementara itu, mengajar pada hakikatnya adalah memudahkan terciptanya situasi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar sehingga mengajar dapat pula di istilahkan sebagai pembelajaran.
Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdsakan siswa itu salah satunya dapat tercipta melalui model pembelajaran Out Door Study. 

2.3 Konsep dasar outdoor study
Proses pembelajaran untuk siswa harus benar-benar menyenangkan, sehingga siswa betah untuk belajar. Suasana pembelajaran diciptakan agar tidak ada penekanan psikologis bagi kedua belah pihak, guru dan siswa. Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) merupakan salah satu upaya terciptanya pembelajaran, terhindar dari kejenuhan, kebosanan, dan persepsi belajar hanya dalam kelas.
Pendekatan pembelajaran di luar kelas (outdoor study) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran berbagai permainan sebagai mendia transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. (Irawan,A. Dalam Ginting ;2005:37).
Pendekatan pembelajaran di luar kelas menggunakan beberapa metode seperti penugasan, tanya jawab, dan belajar sambil melakukan atau mempraktekkan dengan situasi belajar sambil bermain. Pendekatan pembelajaran diluar kelas ini memiliki kelebihan yang mendukung pada pembelajaran siswa, di antaranya sebagai berikut:
  1. Mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan dukungan proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan.
  2. Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana belajar seperti bermain.
  3. Pada pembelajaran di luar kelas siswa menggunakan media pembelajaran yang kongkrit dan memahami lingkungan yang ada disekitarnya. Pada saat pembelajaran digunakan media yang sesuai dengan situasi kenyataannya, yakni berbagai permainan anak seperti seluncuran, ayunan, jungkat-jungkit dan lain-lain.
  4. Mengasah aktivitas fisik dan kreativitas siswa karena menggunakan strategi belajar sambil melakukan atau mempraktekan sesuai dengan penugasan. Selain memiliki kelebihan, pendekatan di luar kelas sebagai pendekatan pembelajaran juga memiliki kelemahan: memerlukan perhatian yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran karena menggunakan media yang sesuai dengan kenyataannya di arena bermain anak yang dapat memungkinkan anak keterusan bermain di tempat tersebut.
Berikut bentuk-bentuk pendidikan out door learning yang menjadi lahan bisnis baru dalam dunia pendidikan :
1.       Education, Training Plus
Adalah sebuah aktifitas pendidikan pada dasarnya sama dengan sekolah formal lainnya. Murid-murid akan tetap menerima pelajaran sesuai dengan kurikulum dari departemen pendidikan nasional. Metode  pembelajarannya yang diajarkanpun selalu mengintegrasikan kurikulum formal, alam dan karakter. Untuk kurikulum diknas pelajaran seperti : Art, Science dan lain-lain dengan pola mengenal alam sambil bermain-main. Kurikulum karakter lebih kepembentuklan kepribadian dan akhlak sementara kurikulum alam meliputi pelajaran berkebun dan mengenal tumbuhan, beternak dan mengenal hewan. Guna mengasah kemandirian dan mental para peserta didik. Kegiatan ini bisa dimanfaatkan oleh peserta di usia sekolah (TK s/d SMA)
2.       Gathering Plus
Merupakan suatu bentuk wisata di alam terbuka yang dirancang dalam suasana rekreasi, santai dan gembira dengan muatan educative.
3.       Taman Bermain Dan Wisata Alam
Adalah rangkaian rintangan permainan yang dirancang sedemikian rupa sehingga bisa menjadi simulasi kegiatan alam terbuka. Kegiatan ini membuka potensi diri yang selama ini belum diketahui sehingga melalui aktifitas  Low dan High Rope ini muncullah rasa percaya diri.
4. Eksperiental Base Study.
Adalah kemasan kegiatan berupa pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat di aplikasikan dengan menggunakan alam terbuka sebagai media. Proses pengenalan diri, minat dan bakat berbasiskan kurikulum sekolah sehingga program ini sangat efektif untuk para peserta karena mereka terlibat untuk melihat, mendengar dan langsung berbuat (Eksperiental Learning). Program ini dirancang bagi sekolah-sekolah unggulan sekolah dengan tetap mengutamakan factor keselamatan dan kenyamanan.
5.      Knowledge Management
Adalah kemasan pendistribusian sejumlah pengetahuan yang akan menjadi pembelajaran bersama. Knowledge management ini telah formulasikan sebagai sumber pengatahuan bersama dan dapat di implementasikan dengan makna berguru pada alam Program ini dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, instansi dan sekolah-sekolah unggulan kota.



BAB III
METODE PENILITIAN
3.1 Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 2 Metro dengan jumlah 120 siswa dan berlatar belakang sosial ekonomi yang heterogen yang dilakukan pada awal bulan januari-maret 2013.
3.2 Prosedur Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 2 Metro pada awal bulan januari-maret 2013 pada mata pelajaran geografi khususnya kelas XI. Sekolah itu terletak di 15 A Kampus,Metro. Siswa rata-rata berasal dan tingkat sosial ekonomi yang beragam.
Dalam penelitian tindakan kelas ini instrument yang digunakan adalah observasi/pengamatan untuk guru, angket dan catatan lapangan, lembar observasi digunakan oleh kolaborator untuk mengamati guru pada saat pelaksanaan KBM. Angket diberikan kepada siswa setelah penelitian tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengukur minat siswa terhadap pelajaran geografi. Sedangkan catatan lapangan dilaksanakan pada saat KBM sedang berlangsung dengan harapan dapat memperoleh beberapa temuan/data tentang kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Pada penelitiaan tindakan ini menggunakan 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus terdiri 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan waktunya 2 x 45 menit. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan penelitian ini menyesuaikan dengan pokok bahasan yang ada di kelas 2. Masing-masing siklus dilaksanakan dengan dilengkapi instrumen/alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.
3.3 Tindakan Penelitian

Siklus Pertama

Guru sudah menentukan lokasi di luar kelas untuk melaksanakan penelitian yang tidak jauh dari sekolah. Kemudian guru sudah membagi 10 kelompok, yang masing-masing kelompok anggotanya 12 siswa.

Guru membuat panduan belajar siswa pada waktu belajar diluar kelas yang nantinya dibagikan pada masing-masing kelompok.

Guru sudah menetapkan tema/materi pembelajaran. Pertemuan 1 adalah tentang pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Pelaksanaan
Kegiatan awal:
·         Guru mengajak siswa ke lokasi di luar kelas.
·         Guru mengajak siswa untuk berkumpul menurut kelompoknya.
·         Guru memberi salam.
·         Guru memberi motivasi pada siswa tentang pentingnya lingkungan sebagai sumber belajar termasuk manfaat lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.
·         Guru memberikan panduan belajar kepada masing-masing kelompok
·         Guru memberikan penjelasan cara kerja kelompok

Kegiatan inti:

·         Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan dan diberi waktu ± 25 menit.
·         Guru membimbing siswa selama pengamatan di lapangan.
·         Selesai pengamatan siswa di suruh berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil pengamatannya.
·         Guru memandu diskusi dan siswa di beri kesempatan memberi tanggapan waktunya ± 25 menit.

Kegiatan akhir:
·         Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
·         Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.

Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan dan hasil kerja siswa pada siklus I, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan diantaranya dalam pengelompokan siswa, lokasi yang kurang sesuai, keterbatasan waktu (karena banyak waktu yang terbuang), dan konsentrasi/perhatian siswa mudah berubah.

Siklus Kedua

Perencanaan tindakan pada siklus kedua dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, antara lain:
·         Menentukan lokasi yang lebih tepat/sesuai dengan tema.
·         Membuat panduan belajar siswa yang mudah dipahami oleh siswa.
·         Menyiapkan waktu yang tepat agar tidak banyak waktu yang terbuang.
·         Menyiapkan pengeras suara (misal megaphone) untuk lebih memusatkan konsentrasi siswa.
·         Kelompok siswa disusun secara variatif agar merata antara kemampuan masing-masing siswa.
·         Menetapkan pokok bahasan/tema yang lebih menarik. Pertemuan 2 mengenai Tanah, pertemuan 3 mengenai Tumbuhan.




Pelaksanaan
Kegiatan awal
·         Guru langsung mengajak siswa ke lokasi.
·         Guru meminta siswa berkumpul sesuai kelompoknya.
·         Guru membuka pelajaran dan memberi salam.
·         Guru memberi motivasi yang lebih meningkatkan antusias siswa.

Kegiatan inti
·         Masing-masing kelompok berpencar pada lokasi yang sudah ditentukan dan diberi waktu ± 25 menit.
·         Guru membimbing siswa selama pengamatan.
·         Selesai waktu yang sudah ditentukan guru mengajak siswa berkumpul kembali untuk diskusi hasil pengamatannya.
·         Guru memandu diskusi dan siswa diberi kesempatan memberi tanggapan waktu yang disediakan ± 25 menit.

Kegiatan akhir:
·         Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran.
·         Guru memberikan kesimpulan bersama siswa.

Kegiatan pengamatan/observasi Dalam siklus kedua ini tidak tampak adanya perubahan yang dialami siswa, hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah siswa sehingga membuat siswa kurang konsentrasi dalam mengerjakan tugas lapangan, serta guru pembimbingpun sangat kurang dalam mengamati siswa bekerja. Karena disebabkan oleh setiap pembimbing mengamati 3 kelompok.

Refleksi
Dalam siklus ke 2 ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu kerja kelompok cenderung anak tertentu saja yang bekerja, konsentrasi siswa mudah sekali beralih karena di luar kelas sering kali banyak gangguan misalnya suara bising, orang yang hilir mudik, cuaca di luar kelas yang tidak menentu misalnya hujan atau angin dan lain-lain. Hal tersebut menuntut kepandaian guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
3.4 Tekhnik pengolahan dan analisis data
Berikut data yang diperoleh :

Ketuntasan dengan outdoor learning
Termotivasi
Ya                      Tidak
Jumlah
Kurang
20                         50
70
Baik
10                        40
50
Jumlah
30                        90
120

HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi motivasi pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi motivasi pada kedua kelompok tersebut)
Kemudian tentukan nilai observasi (O) dan nilai ekspektasi (E) :
Selanjutnya masukan dalam rumus :


 

Perhitungan selesai, sekarang kita menentukan nilai tabel pada taraf nyata/alfa = 0.05. Sebelumnya kita harus menentukan nilai df-nya. Karena tabel 2x2, maka nilai df = (2-1)*(2-1)=1.
df
0,99
0,95
0,90
0,50
0,10
0,05
0,01
0,001
1
2
....
dst
.00157
.0201
.00393
.103
.0158
.211
.455
1.386
2.706
4.605
3.841
5.991
6.635
9.210
10.827
13.815

Dari tabeli kai kudrat di atas pada df=1 dan alfa=0.05 diperoleh nilai tabel = 3.841.

KEPUTUSAN STATISTIK
Bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.

Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa χ2 hitung <  χ2 tabel, sehingga Ho gagal ditolak.

KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara siswa termotivasi dan tidak termotivasi . Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara outdoor learning dan motivasi belajar siswa.






DAFTAR PUSTAKA


Anonim.2013.http://muhsholeh.blogspot.com/2012/03/konsep-dasar-outdoor-study.html. Diunduh pada pada 18 mei 2013,pukul 19.45








Tidak ada komentar:

Posting Komentar