HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN OUTDOOR
LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI MAN
2 METRO
Oleh:
Fitri Nuryani
(1113034034)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GEOGRAFI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Telah kita ketahui bahwa geografi
merupakan bagian dari mata pelajaran IPS. Dan terindikasi bahwa sebagian besar
siswa tidak mengikuti pelajaran ini dengan baik. Kajian geografi cenderung
mengarah pada fenomena manusia sebagai kajian utama, sedang fenomena alam
sebagai pendukungnya. Kecenderungan itu dapat dicermati dari pandangan umum,
bahwa istilah geografi hampir identik dengan kependudukan. Oleh karena itu
kerja pembelajaran kedepan perlu mengembalikan pada jati dirinya, yaitu
menempatkan fenomena alam dan fenomena manusia serta hubungan timbal balik
keduanya secara proporsional. Keproporsionalan itu menjadi penting agar
kedudukan dan fungsi bidang geografi ini dapat ditempatkan secara tepat sesuai
dengan hakekat dan ruang lingkupnya.
Dewasa ini menjadi kesan umum, bahwa
geografi dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bertugas untuk menghafalkan
fenomena geosfer, seperti nama kota, daerah, pulau, sungai, jumlah penduduk,
hasil tambang, produk pertanian, dan lain sebagainya yang perlu diketahui siswa
diluar kepala.
Nuansa pembelajaran seperti itu bukan
hanya tidak menarik, tetapi juga menyebabkan bidang geografi sebagai bidang
disiplin ilmu tidak dapat berkembang secara optimal baik secara teoritis maupun
secara praktis. Penyajian pelajaran geografi yang sifatnya monoton, baik dari
segi pemilihan metode maupun situasi dan kondisi dalam kelas juga berpengaruh
pada kurang minat dan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya berpengaruh
pada pencapaian prestasi yang kurang maksimal.
Berdasarkan latar belakang diatas,fokus
masalah penelitian ini adalah pembelajaran geografi menggunakan outdoor learning untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa-siswi MAN 2 Metro.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah
penggunaan outdoor learning dalam
pembelajaran geografi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2
Metro daripada penggunaan metode yang sebelumnya?
1.3 Tujuan
a.
Mengetahui pembelajaran geografi dengan menggunakan outdoor learning in park/field dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Metro.
b.
mendeskripsikan pembelajaran geografi dengan
menggunakan outdoor learning in
park/field dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Metro.
1.4 Kegunaan penelitian
a.
Bagi siswa,dengan diadakannya outdoor learning maka
akan memperbaiki atau meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI MAN 2 Metro.
b.
Bagi guru, dengan diadakannya outdoor learning maka
akan memperbaiki dalam mengajar geografi yang tepat.
c.
Bagi sekolah adalah meningkatkan citra nama baik
sekolah,karena jika semua pihak telah berhasil dalam kinerjanya,maka sekolahpun
terkenal baik.
BAB II
KEPUSTAKAAN
2.1 Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi. Menurut Wikipedia,
pengertian
pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengertian
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
Tujuan pembelajaran (instructional
objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki,
atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional.
2.2 Belajar
Belajar adalah
suatu proses perubahan tingkah laku individu melalaui interaksi dengan
lingkungan (Hamlik Pemar: 2001) menurut pengertiaan ini belajar merupakan
suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Yang
menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan
tingkah laku. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku,maka
diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan
siswa. Adapun ciri – ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
(Slameto : 1991) adalah sebagai berikut :
a. Perubahan
Yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti
bahwa individu yang belajar, akan menyadari terjadinya perubahan itu atau
sekurang – kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan
dalam dirinya.
b. Perubahan
dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional.
Suatu perubahan
yang akan terjadi menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
atau proses belajar berikutnya
c. Perubahan
dalam belajar bersifat Positif dan AKtif.
Dalam perbuatan
belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk
memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu perubahan tidak
terjadi dengan sendirinya tetapi harus ada usaha individu itu sendiri.
d. Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara.
Ini berarti
bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap atau
permanen. Sementara itu, mengajar pada hakikatnya adalah memudahkan terciptanya
situasi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar sehingga mengajar dapat
pula di istilahkan sebagai pembelajaran.
Suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdsakan siswa itu salah satunya dapat
tercipta melalui model pembelajaran Out Door Study.
2.3 Konsep dasar outdoor study
Proses pembelajaran untuk siswa
harus benar-benar menyenangkan, sehingga siswa betah untuk belajar. Suasana
pembelajaran diciptakan agar tidak ada penekanan psikologis bagi kedua belah
pihak, guru dan siswa. Pembelajaran di luar kelas (outdoor study) merupakan
salah satu upaya terciptanya pembelajaran, terhindar dari kejenuhan, kebosanan,
dan persepsi belajar hanya dalam kelas.
Pendekatan pembelajaran di luar kelas (outdoor study) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran berbagai permainan sebagai mendia transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. (Irawan,A. Dalam Ginting ;2005:37).
Pendekatan pembelajaran di luar kelas menggunakan beberapa metode seperti penugasan, tanya jawab, dan belajar sambil melakukan atau mempraktekkan dengan situasi belajar sambil bermain. Pendekatan pembelajaran diluar kelas ini memiliki kelebihan yang mendukung pada pembelajaran siswa, di antaranya sebagai berikut:
Pendekatan pembelajaran di luar kelas (outdoor study) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran berbagai permainan sebagai mendia transformasi konsep-konsep yang disampaikan dalam pembelajaran. (Irawan,A. Dalam Ginting ;2005:37).
Pendekatan pembelajaran di luar kelas menggunakan beberapa metode seperti penugasan, tanya jawab, dan belajar sambil melakukan atau mempraktekkan dengan situasi belajar sambil bermain. Pendekatan pembelajaran diluar kelas ini memiliki kelebihan yang mendukung pada pembelajaran siswa, di antaranya sebagai berikut:
- Mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan setting alam terbuka sebagai sarana kelas, untuk memberikan dukungan proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah aspek kegembiraan dan kesenangan.
- Guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena dapat berekspolarasi menciptakan suasana belajar seperti bermain.
- Pada pembelajaran di luar kelas siswa menggunakan media pembelajaran yang kongkrit dan memahami lingkungan yang ada disekitarnya. Pada saat pembelajaran digunakan media yang sesuai dengan situasi kenyataannya, yakni berbagai permainan anak seperti seluncuran, ayunan, jungkat-jungkit dan lain-lain.
- Mengasah aktivitas fisik dan kreativitas siswa karena menggunakan strategi belajar sambil melakukan atau mempraktekan sesuai dengan penugasan. Selain memiliki kelebihan, pendekatan di luar kelas sebagai pendekatan pembelajaran juga memiliki kelemahan: memerlukan perhatian yang ekstra dari guru pada saat pembelajaran karena menggunakan media yang sesuai dengan kenyataannya di arena bermain anak yang dapat memungkinkan anak keterusan bermain di tempat tersebut.
Berikut bentuk-bentuk
pendidikan out door learning yang menjadi lahan bisnis baru dalam dunia
pendidikan :
1. Education,
Training Plus
Adalah sebuah aktifitas pendidikan pada dasarnya sama dengan sekolah
formal lainnya. Murid-murid akan tetap menerima pelajaran sesuai dengan
kurikulum dari departemen pendidikan nasional. Metode pembelajarannya
yang diajarkanpun selalu mengintegrasikan kurikulum formal, alam dan karakter.
Untuk kurikulum diknas pelajaran seperti : Art, Science dan lain-lain dengan
pola mengenal alam sambil bermain-main. Kurikulum karakter lebih kepembentuklan
kepribadian dan akhlak sementara kurikulum alam meliputi pelajaran berkebun dan
mengenal tumbuhan, beternak dan mengenal hewan. Guna mengasah kemandirian dan
mental para peserta didik. Kegiatan ini bisa dimanfaatkan oleh peserta di usia
sekolah (TK s/d SMA)
2.
Gathering Plus
Merupakan suatu bentuk wisata di alam terbuka yang dirancang dalam
suasana rekreasi, santai dan gembira dengan muatan educative.
3.
Taman Bermain Dan Wisata Alam
Adalah rangkaian rintangan permainan yang dirancang sedemikian rupa
sehingga bisa menjadi simulasi kegiatan alam terbuka. Kegiatan ini membuka
potensi diri yang selama ini belum diketahui sehingga melalui aktifitas
Low dan High Rope ini muncullah rasa percaya diri.
4. Eksperiental Base Study.
Adalah
kemasan kegiatan berupa pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat di aplikasikan dengan menggunakan alam terbuka sebagai media. Proses
pengenalan diri, minat dan bakat berbasiskan kurikulum sekolah sehingga program
ini sangat efektif untuk para peserta karena mereka terlibat untuk melihat,
mendengar dan langsung berbuat (Eksperiental Learning). Program ini dirancang
bagi sekolah-sekolah unggulan sekolah dengan tetap mengutamakan factor
keselamatan dan kenyamanan.
5.
Knowledge Management
Adalah
kemasan pendistribusian sejumlah pengetahuan yang akan menjadi pembelajaran
bersama. Knowledge management ini telah formulasikan sebagai sumber pengatahuan
bersama dan dapat di implementasikan dengan makna berguru pada alam Program ini
dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, instansi dan sekolah-sekolah unggulan kota.
BAB
III
METODE
PENILITIAN
3.1 Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 2 Metro
dengan jumlah 120 siswa dan berlatar belakang sosial ekonomi yang heterogen
yang dilakukan pada awal bulan januari-maret 2013.
3.2
Prosedur Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan di MAN 2 Metro pada awal bulan januari-maret 2013 pada
mata pelajaran geografi khususnya kelas XI. Sekolah itu terletak di 15 A Kampus,Metro.
Siswa rata-rata berasal dan tingkat sosial ekonomi yang beragam.
Dalam penelitian tindakan
kelas ini instrument yang digunakan adalah observasi/pengamatan untuk guru,
angket dan catatan lapangan, lembar observasi digunakan oleh kolaborator untuk
mengamati guru pada saat pelaksanaan KBM. Angket diberikan kepada siswa setelah
penelitian tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengukur minat siswa
terhadap pelajaran geografi. Sedangkan catatan lapangan dilaksanakan pada saat
KBM sedang berlangsung dengan harapan dapat memperoleh beberapa temuan/data
tentang kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Pada penelitiaan tindakan ini menggunakan 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus terdiri 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan waktunya 2 x 45 menit. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan penelitian ini menyesuaikan dengan pokok bahasan yang ada di kelas 2. Masing-masing siklus dilaksanakan dengan dilengkapi instrumen/alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.
Pada penelitiaan tindakan ini menggunakan 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus terdiri 2 kali pertemuan. Tiap pertemuan waktunya 2 x 45 menit. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu dan penelitian ini menyesuaikan dengan pokok bahasan yang ada di kelas 2. Masing-masing siklus dilaksanakan dengan dilengkapi instrumen/alat observasi. Siklus pertama dirancang dengan dasar refleksi awal, selanjutnya siklus kedua didasarkan atas refleksi siklus pertama.
3.3 Tindakan Penelitian
Siklus Pertama
Guru sudah menentukan lokasi di luar kelas untuk melaksanakan penelitian yang tidak jauh dari sekolah. Kemudian guru sudah membagi 10 kelompok, yang masing-masing kelompok anggotanya 12 siswa.
Guru membuat panduan belajar siswa pada waktu belajar diluar kelas yang nantinya dibagikan pada masing-masing kelompok.
Guru sudah menetapkan tema/materi pembelajaran. Pertemuan 1 adalah tentang pemanfaatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Pelaksanaan
Kegiatan awal:
·
Guru mengajak siswa ke
lokasi di luar kelas.
·
Guru mengajak siswa untuk
berkumpul menurut kelompoknya.
·
Guru memberi salam.
·
Guru memberi motivasi pada
siswa tentang pentingnya lingkungan sebagai sumber belajar termasuk manfaat
lingkungan hidup yang ada di sekitarnya.
·
Guru memberikan panduan
belajar kepada masing-masing kelompok
·
Guru memberikan penjelasan
cara kerja kelompok
Kegiatan inti:
·
Masing-masing kelompok
berpencar pada lokasi untuk melakukan pengamatan dan diberi waktu ± 25 menit.
·
Guru membimbing siswa
selama pengamatan di lapangan.
·
Selesai pengamatan siswa di
suruh berkumpul kembali untuk mendiskusikan hasil pengamatannya.
·
Guru memandu diskusi dan
siswa di beri kesempatan memberi tanggapan waktunya ± 25 menit.
Kegiatan akhir:
·
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/ kesulitan yang dialami selama proses
pembelajaran.
·
Guru memberikan kesimpulan
bersama siswa.
Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan dan hasil kerja siswa pada siklus I, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan diantaranya dalam pengelompokan siswa, lokasi yang kurang sesuai, keterbatasan waktu (karena banyak waktu yang terbuang), dan konsentrasi/perhatian siswa mudah berubah.
Siklus Kedua
Perencanaan tindakan pada siklus kedua dilakukan dengan memperhatikan hasil refleksi pada siklus I, antara lain:
·
Menentukan lokasi yang
lebih tepat/sesuai dengan tema.
·
Membuat panduan belajar
siswa yang mudah dipahami oleh siswa.
·
Menyiapkan waktu yang tepat
agar tidak banyak waktu yang terbuang.
·
Menyiapkan pengeras suara
(misal megaphone) untuk lebih memusatkan konsentrasi siswa.
·
Kelompok siswa disusun
secara variatif agar merata antara kemampuan masing-masing siswa.
·
Menetapkan pokok
bahasan/tema yang lebih menarik. Pertemuan 2 mengenai Tanah, pertemuan 3 mengenai
Tumbuhan.
Pelaksanaan
Kegiatan awal
·
Guru langsung mengajak
siswa ke lokasi.
·
Guru meminta siswa
berkumpul sesuai kelompoknya.
·
Guru membuka pelajaran dan
memberi salam.
·
Guru memberi
motivasi yang lebih meningkatkan antusias siswa.
Kegiatan inti
·
Masing-masing kelompok
berpencar pada lokasi yang sudah ditentukan dan diberi waktu ± 25 menit.
·
Guru membimbing siswa
selama pengamatan.
·
Selesai waktu yang sudah
ditentukan guru mengajak siswa berkumpul kembali untuk diskusi hasil
pengamatannya.
·
Guru memandu diskusi dan
siswa diberi kesempatan memberi tanggapan waktu yang disediakan ± 25 menit.
Kegiatan akhir:
·
Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan/kesulitan yang dialami selama proses
pembelajaran.
·
Guru memberikan kesimpulan
bersama siswa.
Kegiatan pengamatan/observasi Dalam siklus kedua ini tidak tampak adanya perubahan yang dialami siswa, hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah siswa sehingga membuat siswa kurang konsentrasi dalam mengerjakan tugas lapangan, serta guru pembimbingpun sangat kurang dalam mengamati siswa bekerja. Karena disebabkan oleh setiap pembimbing mengamati 3 kelompok.
Refleksi
Dalam siklus ke 2 ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu kerja kelompok cenderung anak tertentu saja yang bekerja, konsentrasi siswa mudah sekali beralih karena di luar kelas sering kali banyak gangguan misalnya suara bising, orang yang hilir mudik, cuaca di luar kelas yang tidak menentu misalnya hujan atau angin dan lain-lain. Hal tersebut menuntut kepandaian guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
Dalam siklus ke 2 ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu kerja kelompok cenderung anak tertentu saja yang bekerja, konsentrasi siswa mudah sekali beralih karena di luar kelas sering kali banyak gangguan misalnya suara bising, orang yang hilir mudik, cuaca di luar kelas yang tidak menentu misalnya hujan atau angin dan lain-lain. Hal tersebut menuntut kepandaian guru untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.
3.4 Tekhnik pengolahan dan analisis data
Berikut data
yang diperoleh :
Ketuntasan dengan outdoor learning
|
Termotivasi
Ya Tidak
|
Jumlah
|
Kurang
|
20 50
|
70
|
Baik
|
10 40
|
50
|
Jumlah
|
30 90
|
120
|
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi motivasi pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi motivasi pada kedua kelompok tersebut)
Kemudian tentukan nilai observasi (O) dan nilai ekspektasi (E) :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi motivasi pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi motivasi pada kedua kelompok tersebut)
Kemudian tentukan nilai observasi (O) dan nilai ekspektasi (E) :
Perhitungan selesai, sekarang kita menentukan nilai tabel pada taraf
nyata/alfa = 0.05. Sebelumnya kita harus menentukan nilai df-nya. Karena tabel
2x2, maka nilai df = (2-1)*(2-1)=1.
df
|
0,99
|
0,95
|
0,90
|
0,50
|
0,10
|
0,05
|
0,01
|
0,001
|
1
2
....
dst
|
.00157
.0201
|
.00393
.103
|
.0158
.211
|
.455
1.386
|
2.706
4.605
|
3.841
5.991
|
6.635
9.210
|
10.827
13.815
|
Dari tabeli kai
kudrat di atas pada df=1 dan alfa=0.05 diperoleh nilai tabel = 3.841.
KEPUTUSAN STATISTIK
KEPUTUSAN STATISTIK
Bila nilai
hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila
nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa χ2 hitung < χ2 tabel, sehingga Ho gagal ditolak.
Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa χ2 hitung < χ2 tabel, sehingga Ho gagal ditolak.
KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara siswa termotivasi dan tidak termotivasi . Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara outdoor learning dan motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.http://wwwsamuelsinaga.blogspot.com/2010/10/penelitian-tindakan-kelas-program.html. Di unduh pada 18 mei 2013,pukul 19.30
Anonim.2013.http://muhsholeh.blogspot.com/2012/03/konsep-dasar-outdoor-study.html.
Diunduh pada pada 18 mei 2013,pukul 19.45
Anonim.2013.http://mgmpgeografi.wordpress.com/2009/06/03/roh-pembelajaran-geografi-adalah-studi-lapangan/. Diunduh pada pada 18 mei 2013,pukul
20.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar