BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pertumbuhan
penduduk yang tinggi dapat menjadi masalah yang cukup serius apabila tidak
segera diselesaikan,laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak
terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan keluarga. Hal ini seperti peningkatan jumlah
pendudui di Provinsi Lampung pada tahun 2005 berjumlah 7.116.177 jiwa dan di
tahun 2006 bertambah menjadi 7.211.586 jiwa,bahkan di tahun 2007 berjumlah
7.289.767 jiwa (BPS,2008 :63).
Bertolak
dari data tersebut,dinyatakan bahwa di wilayah Provinsi Lampung terjadi
pertambahan jumlah penduduk dalam kurun waktu tiga tahun sebanyak 173.590 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi yaitu 2,44% pertahun.
Pertumbuhan penduduk dikategorikan rendah jika kurang dari 1%,sedangkan
pertumbuhan penduduk antara1-2% dinyatakan sedang,dan dikatakan tinggi apabila
lebih dari 2% (BPS,2008).
Pertambahan
jumlah penduduk akan selalu berhubungan dengan upaya-upaya untuk melakukan
pertambahan bahan-bahan konsumsi,sandang dan pangan,lapangan
kerja,pendidikan,kesehatan, dan perumahan kebutuhan pokok untuk tempat hidup
manusia. Apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi,akan menjadi
permasalahan,akan menjadi permasalahan kesulitan kehidupan umat manusia.
Atas
dasar kondisi tersebut,Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program
penekanan pertambahan jumlah penduduk melalui gerakan KB yang diprakarsai oleh
BKKBN sebagai lembaga pemerintah dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk
melalui program KB.
Menurut
hasil pra survey di lapangan pada tanggal 8 mei 2009 kela Sekretaris Desa Bapak
Sujono yang dilakukan oleh penulis di Desa Bagelen Kecamatan Gedong
Tataan,bahwa sebagian besar kepala keluarga memiliki lebih dari dua orang anak.
Hal ini terlihat masih tingginya jumlah anak ideal yang ingin dimiliki oleh PUS
keluarga petani di Desa Bagelen yaitu ≥ 3 orang anak.
Berdasarkan
data dari monografi Desa Bagelen,apabila dilihat dari kelompok umur,wanita
pasangan usia subur yang ada di Desa Bagelen dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok umur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
No
|
Dusun
|
PUS
menurut kelompok umur
|
|||
<20
tahun
|
20-29 thn
|
30-49 th
|
jumlah
|
||
1
|
I
|
2
|
168
|
117
|
288
|
2
|
II
|
1
|
203
|
31
|
235
|
3
|
III
|
4
|
179
|
73
|
257
|
4
|
IV
|
5
|
241
|
92
|
337
|
5
|
V
|
0
|
102
|
38
|
140
|
Jumlah
|
13
|
893
|
351
|
1257
|
Sumber
: Monografi Desa Begelen Tahun 2009
Berdasarkan
Tabel di atas,dapat dijelaskan bahwa jumlah PUS wanita yang paling banyak
berada pada kelompok umur 20-29 tahun dengan jumlah 893 orang PUS sedangkan
yang paling sedikit adalah PUS wanita dengan kelompok umur kurang dari 20 tahun
hanya 13 orang PUS, sisanya yang berjumlah 351 orang PUS terletak pada kelompok
umur 30-49 tahun.
Berkaitan
dari tabel tersebut, terjadi perbedaan antara PUS dengan kelompok dengan
kelompok umur tertentu, pada PUS dengan kelompok umur 20-29 tahun jumlahnya
lebih banyak. hal ini dapat berdampak pada besarnya jumlah anak yang dimiliki
dalam satu keluarga, dikarenakan pada umur 20-29 tahun merupakan kelompok umur
produktif serta merupakan masa subur bagi wanita.
Hal ini yang mendorong
penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Banyaknya Jumlah Anak yang dimiliki PUS Setiap
Keluarga Terhadap Kesejahteraan Penduduk di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran 2009”
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apakah jumlah
anak wanita PUS yang relatif muda menjadi penyebab rendahnya tingkat
kesejahteraan keluarga?
2.
Bagaimanakah
pandangan tentang nilai anak dalam keluarga menjadi penyebab banyaknya jumlah
anak yang dimiliki PUS sehingga tingkat kesejahteraan menjadi rendah?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
mendapatkan informasi mengenai jumlah anak wanita PUS yang relatif muda
terhadap tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran.
2.
Untuk mendapatkan
informasi mengenai pandangan nilai anak dalam keluarga terhadap jumlah anak
yang dimiliki PUS setiap keluarga sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan
keluarga di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Geografi
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai pengaruh banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap
keluarga terhadap kesejahteraan yaitu mengenai usia kawin pertama dan pandangan
terhadap nilai anak dalam keluarga.
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to
describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan
penduduk serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha
mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintarto.1997 :9).
Berdasarkan uraian tersebut,ilmu geografi tidak hanya menggambarkan keadaan
fisis bumi, tetapi juga kehidupan manusia yang berkaitan dengan aktifitasnya.
Geografi sosial adalah studi tentang bentang alam muka
bumi oleh adanya interaksi dan interelasi aktivitas dan tata laku manusia
dengan lingkungan fisik dan biotis, dalam usaha mempertahankan dan
mengembangkan kehidupannya (Budiyono,2003 :17). Manusia sebagai makhluk sosial
yang hidup di muka bumi, diberikan kelebihan dalam berfikir dan memanfaatkan
alam, bagaimana cara untuk bertahan hidup dan meneruskan keturunan,sehingga
dapat menjaga dan memelihara yang telah dimiliki.
2.2 Penyebab
Banyaknya Jumlah Anak yang Dimiliki
a. Usia
Kawin Pertama
Peristiwa kelahiran (natalitas) tidak terlepas dari masa
subur yang dimiliki seorang wanita (fekunditas). Hal ini berarti kesuburan
seorang wanita merupakan kemampuan untuk berproduksi sehinggan akan berpengaruh
pada kemampuan melahirkan. Usia kawin pertama PUS adalah usia dari wanita PUS
pada waktu menikah dengan seorang laki-laki pilihan yang syah sebagai suaminya.
Usia perkawinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah
anak yang dimiliki, karena pada umumnya umur perkawinan usia muda maka
frekuensi untuk memiliki anak akan lebih besar.
Usia
perkawinan minimum yang resmi cenderung lebih sedikit di atas usia pubertas,
hanya sedikit pemuda atau pemudi yang kawin pada usia di bawah minimum usia
kawin resmi, frekuensi perkawinan
menurut umur biasanya meningkat dengan sangat cepat pada usia yang relatif muda
(David Lucas, 1990 :82).
Usia
kawin sangat berhubungan dengan jumlah anak yang dimiliki, semakin rendah usia
kawin maka semakin tinggi jumlah anak yang dimiliki. Wanita yang melangsungkan
perkawinannya pada usia muda, maka proses reproduksinya akan berjalan panjang
sehingga jumlah anak yang dimiliki lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita
yang menikah pada usia dewasa,karena jika seorang wanita menikah pada usia
dewasa maka masa reproduksinya relatif pendek sehingga jumlah anak yang
dimiliki cenderung sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut, tingginya
angka kelahiran berkaitan erat dengan usia kawin wanita pada saat perkawinan
pertama (BKKBN, 2005:3).
b.
Pandangan
Terhadap Nilai Anak
dalam Keluarga
Anak adalah harapan
keluarga karena anak mempunyaibanyak arti dan fungsi bagi keluarga. Oleh karena
itu mempunyai anak sangat didambakan, baik dalam keluarga orang desa maupun
orang kota. Nilai anak dalam keluarga mepengaruhi
banyaknya jumlah anak yanga dimiliki oleh setiap keluarga.
Dalam ikatan perkawinan
antara Bapak dan Ibu,kelahiran anak merupakan suatu hal penting yang harus
dimiliki. Karena anak adalah sebagai
pelanjut keturunan ; anak sebagai penerus sejarah kehidupan keluarga; anak
sebagai pewaris nama keluarga ; anak merupakan kepuasan batin Bapak dan Ibu;
anak merupakan tanda keberhasilan perkawinan antara Bapak dan Ibu (Budiyono,
1994 : 110)
Kehadiran seorang anak
dalam sebuah keluarga sangat didambakan sebagai hasil dari sebuah perkawinan,
serta sangat penting dalam kehidupan keluarga, sehingga timbul pandangan bahwa
anak akan membawa rezeki yang akan diterimanya. Tanpa kehadiran anak maka dalam
kehidupan keluarga akan terasa sepi dan hampa.
Nilai anak bagi orang
tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui antara lain dari adanya
kenyataan bahwa anak menjadi tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Anak
merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak sering dijadikan pertimbangan oleh
pasangan suami istri untuk membatalkan keingingan bercerai, kepada anak
nilai-nilai dalam keluarga dapat disosialisaskan dan harta kekayaan keluarga
diwariskan serta menjadi tempat orang tua menggantungkan berbagai harapan.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Mohamad Ali (1985 : 20)
adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada
masa sekarang,yang dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi,
dan laporan dengan tujaun utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
secara obyektif dalam mendeskripsikan sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap
keluarga terhadap jumlah kesejahteraan penduduk. Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
3.2 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
(Suharsimi Arikunto, 2006 :130). Populasi dalam penelitian adalah wanita
pasangan usia subur (PUS) yang ada di Desa Bagelen Kecamatan Gedong
Tataan,Kabupaten Pesawaran yakni berjumlah 405 orang yang terbagi ke dalam 5
dusun (monografi, Desa Bagelen,2009).
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006 : 131). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling yaitu unit sampel yang dihubungkan
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan
tujuan penelitian (Hadari Nawami,2001 :157).
Peneliti mengambil sampel penelitian sebanyak 10 %
dari jumlah populasi (405 jiwa) yaitu sebanyak 40 orang wanita PUS. Besarnya
anggota sampel yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yaitu waktu,biaya,tenaga,dan kemampuan peneliti yang
terbatas.
Peneliti mengambil sampel di 2 Dusun yaitu Dusun III
sebanyak 12 responden dan dusun IV sebanyak 28 responden.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel
a. Variabel
Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) menyatakan bahwa
variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.
Variabel bebas
adalah usia kawin pertama PUS dan pandangan nilai anak dalam keluarga.
2.
Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap
keluarga.
b. Definisi
Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dari penelitian ini
adalah :
1.
Usia kawin
pertama PUS adalah usia pasangan subur pada saat melangsungkan perkawinan
pertamanya yang dinyatakan dalam tahun yaitu :
a.
Umur < 16
tahun tergolong perkawinan muda
b.
Umur ≥ 16 tahun
tergolong perkawinan dewasa
2.
Nilai anak dalam
keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan PUS setiap
keluarga tentang nilai anak dalam sebuah keluarga,yang dapat mempengaruhi
banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Pandangan PUS setiap keluarga petani
miskin terhadap nilai anak dalam sebuah keluarga adalah :
a.
Suatu perkawinan
harus menghasilkan anak
b.
Anak sebagai
karunia Tuhan yang tidak dapat ditolak
c.
Anak sebagai
jaminan hari tua
d.
Anak akan
membantu pekerjaan orangtua
e.
Anak sebagai
kepuasan batin orangtua
f.
Anak sebagai
penerus sejarah atau nama keluarga
g.
Banyak anak
banyak rejeki
h.
Anak sebagai
ikatan perkawinan
i.
Anak sebagai
pewaris harta
j.
Jika hanya
memiliki anak perempuan harus diusahakan untuk memiliki anak laki-laki
c. Teknik
Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Moh Pabundu Tika,2005 : 44).
Dengan teknik ini dapat diperoleh tentang keadaan lokasi atau wilayah penelitian
dan keadaan subjek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh banyak jumlah anak dalam keluarga terhadap
kesejahteraan keluarga di Desa Bagelen.
2. Teknik
Kuesioner
Kuesioner
adalah pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dan dikembalikan
kepada peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 225) menyatakan bahwa
kuesioner adalah “ sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang diketahui”. Dalam melaksanakan teknik ini dilakukan dengan mendatangi
beberapa responden pada setiap dusun kemudian menyebarkan kuesioner kepada
seluruh responden yang dibantu oleh beberapa orang.
3.
Teknik Analisa
Data
Teknik
analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode
deskriptif yang didasarkan pada penggunaan tabulasi,yaitu dalam bentuk tabel
frekuensi dan presentase. Berdasarkan pada tabel data yang telah ditabulasi
tersebut diinterpresasikan.
Dalam
analisa tabulasi frekuensi dan presentase tersebut, digunakan rumus sebagai
berikut :
![](file:///C:\Users\ASPIRE~1\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
Keterangan
:
%
= presentase yang diperoleh
n
= jumlah nilai yang diperoleh
N
= jumlah seluruh nilai
100%
= konstanta (Mohamad Ali,1985 : 194)
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Geografis Daerah Penelitian
1. Sejarah Singkat Daerah Penelitian
Desa Bagelen yang berada di Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran berdiri pada tahun 1905. Desa Bagelen adalah Desa
Kolonisasi yang pertama didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia. Para
kolonisasi (kolonistan) didatangkan dari Pulau Jawa menuju Lampung. Nama desa
Bagelen disesuaikan dengan daerah asal penduduk yaitu daerah Bagelen Kedu
(daerah Purworejo, Jawa Tengah ).
Adanya kolonisasi dari Jawa ke Sumatera dikarenakan
Kresidenan Kedu (Kuto Arjo,Purworejo,Klaten,Kebumen,dan Karang Anyar) merupakan
daerah yang padat penduduknya,sehingga sebagian besar tidak memiliki
tanah/sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Adapun jumlah penduduk yang didatangkan ke Desa
Bagelen pada tahun 1905-1908 adalah sebagai berikut :
1.
pada tahun 1905,
merupakan penduduk yang pertama kali didatangkan sebanyak 43 jiwa ,terdiri dari
40 jiwa laki-laki dan 3 jiwa perempuan, yang dipimpin oleh tuan Eeteng.
2.
Pada tahun 1906,
jumlah penduduk yang didatangkan sebanyak 203 jiwa, yang dipimpin oleh tuan
Heers.
3.
Pada tahun
1907,jumlah penduduk yang didatangkan sebanyak 100 jiwa,yang dipimpin oleh tuan
Alweek.
4.
Pada tahun 1908,
jumlah penduduk yang didatangkan sebanyak 500 jiwa,yang dipimpin oleh tuan
Baang.
2. Letak
Astronomis dan Administratif
Letak astronomis adalah letak suatu tempat atau daerah
berdasarkan pada garis lintang dan garis bujur atau meredian bumi. Garis
lintang adalah garis khayal pada peta atau globe yang menghubungkan titik barat
dan titik timur yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Sedangkan garis khayal
pada peta atau globe yang menghubungkan ke dua kutub bumi (Sudarmi, 2005 :1)
Desa Bagelen secara astronomis terletak antara 05023’10”LS
sampai dengan 05024’20”LS dan 105004’45”BT sampai dengan
105005’15’BT (Peta Desa Bagelen,2008 ) yang berada dalam wilayah
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Letak administratif adalah letak suatu daerahterhadap
pembagian wilayah administratif pemerintahan. Ditinjau dari letak
administratif, Desa Bagelen terletak di Ibukota Kecamatan Gedong Tataan. Lokasi
Desa Bagelen berjarak kurang lebih 1 km dari Ibukota Kecamatan Gedong
Tataan,dengan Ibukota Kabupaten Lampung Selatan berjarak 90 Km,dan dengan
Ibukota Provinsi Lampung berjarak 24 Km (Monografi Desa Bagelen,2009).
4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Formal
Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau dengan cara
lain yang dikenal dan diakui oleh mayarakat (Afnil Guza,2009 :35).
Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan adalah
pengelompokan penduduk yang didasarkan pada tingkat pendidikan formal yang
telah ditempuh oleh penduduk melalui lembaga pendidikan sekolah. Penduduk Desa
Bagelen ditinjau dari tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Formal di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2008
dan Tahun 2009.
No
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
|
2008
|
2009
|
||
1
|
TK
|
38 (0,6%)
|
53 (0,8%)
|
2
|
SD
|
5820
(91,3%)
|
6047
(90,5%)
|
3
|
SLTP
|
363
(5,7%)
|
413
(6,2%)
|
4
|
SLTA
|
127
(2,0%)
|
147
(2,2%)
|
5
|
Akademi/PT
|
23 (0,4%)
|
18 (0,3%)
|
Jumlah
|
6371
(100,0%)
|
6678
(100,0%)
|
Sumber :
Monografi Desa Bagelen Tahun 2009
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan,bahwa adanya
pertambahan tingkat pendidikan formal di Desa Bagelen,paling banyak yaitu
berstatus Sekolah Dasar sebanyak 5820 jiwa pada tahun 2008,kemudian meningkat
menjadi 6047 jiwa pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan banyaknya keluarga pra
sejahtera yang ada di Desa Bagelen,sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan formal. Sebaliknya,lulusan akademi atau perguruan tinggi pada tahun
2008 sebanyak 23 jiwa,pada tahun berikutnya berkurang menjadi 18 jiwa. Banyaknya
jumlah penduduk yang tidak sekolah berpengaruh terhadap kehidupan sosial,sulit
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4.3
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk adalah pekerjaan yang
dilakukan sehari-hari oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,penduduk di Desa Bagelen Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran bekerja diberbagai jenis lapangan pekerjaan
sesuai dengan keadaan alam dan lingkungan tempat tinggal. Berikut tabel jumlah
penduduk menurut mata pencaharian :
No
|
Jenis mata pencaharian
|
Jumlah (jiwa)
|
|
2008
|
2009
|
||
1
|
Tani
|
2056
(32,3%)
|
1983
(30,0%)
|
2
|
Dagang
|
1027
(16,1%)
|
974
(14,5%)
|
3
|
PNS
|
582
(9,1%)
|
582
(8,75)
|
4
|
Pensiunan
|
351
(5,5%)
|
351(5,2%)
|
5
|
Purnawirawan
|
117
(1,8%)
|
117
(1,7%)
|
6
|
Tukang
|
554
(8,7%)
|
987
(14,7%)
|
7
|
Sopir
|
73 (1,2%)
|
93 (1,4%)
|
8
|
Buruh
|
1611
(25,3%)
|
1591
(23,8%)
|
Jumlah
|
6371
(100,0)
|
6678
(100,0%)
|
Sumber : Monografi Desa Bagelen Tahun 2009
Berdasarkan tabel tersebut,dalam jangka waktu satu
tahun adanya perubahan jumlah penduduk yang drastis,terutama pada mata
pencaharian tani,dagang,tukang,dan buruh. Hal ini dikarenakan semakin sempitnya
lahan pertanian yang digunakan untuk pemukiman dan tidak memiliki keahlian
khusus,sehingga pekerjaan sebagai tani berubah menjadi dagang,tukang,dan buruh.
4.4 Tingkat
Pendidikan Wanita PUS
Pengertian pendidikan menurut GBHN dalam Abu Ahmadi
(2003:70) adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di
dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Tabel jumlah anak yang dimiliki responden berdasarkan
tingkat pendidikan wanita pasangan usia subur.
No
|
Tingkat
pendidikan
|
Jmlh anak yang dimiliki(jiwa)
|
Jumlah
|
|
<3
|
≥3
|
|||
1
|
SD
|
8 (20%)
|
25 (62,5%)
|
33 (82,5%)
|
2
|
SLTP
|
3 (7,5%)
|
2 (5%)
|
5 (12,5%)
|
3
|
SLTA
|
1 (2,5%)
|
1 (2,5%)
|
2 (5%)
|
Jumlah
|
12 (30%)
|
28 (70%)
|
40 (100%)
|
Sumber : Data Primer Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
tingkat pendidikan responden wanita PUS keluarga mempengaruhi banyaknya jumlah
anak yang dimiliki. Jumlah anak paling banyak dimiliki oleh wanita PUS dengan
tingkat pendidikan SD yaitu ≥3 anak per kepala keluarga.
Banyaknya jumlah wanita PUS dengan pendidikan
SD,berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini dikarenakan tingkat
pendidikan rendah maka kesejahteraan hiduppun rendah.
Pembahasan
penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki
No
|
Usia kawin (kategori)
|
Jml anak yg dimiliki(jiwa)
|
Jumlah
|
|
<3
|
≥ 3
|
|||
1
|
<16
|
5 (12,5%)
|
24 (60%)
|
29 (72,5%)
|
2
|
≥16
|
7 (17,5%)
|
4 (10%)
|
11 (27,5%)
|
Jumlah
|
12 (30%)
|
28 (70%)
|
40 (100%)
|
Sumber : Data Primer Tahun 2010
Berdasarkan tabel diatas,dapat dijelaskan bahwa usia
perkawinan mempengaruhi banyaknya jumlah anak yang dimiliki,wanita PUS yang
melakukan perkawinan pada usia muda,maka masa reproduksinya lebih panjang
sehingga kesempatan untuk memiliki anak semakin besar.
Wanita pasangan usia subur di Desa Bagelen ini masih
banyak yang melakukan perkawinan pada usia muda,menyebabkan banyaknya jumlah
anak yang dimiliki pada masing-masing kepala keluarga. Banyaknya jumlah anak
yang dimiliki yaitu ≥ 3 anak.
Hal ini sesuai dengan penggolongan umur perkawinan
berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974,yang tercantum pada pasal
15 ayat 1 tentang rukun dan syarat perkawinan,yaitu untuk wanita dibawah umur
16 tahun (<16 tahun) dinyatakan sebagai usia kawin muda dan untuk wanita
berumur 16 tahun ke atas dinyatakan usia kawin dewasa.
Semakin muda usia wanita PUS melakukan
perkawinan,semakin lama masa reproduksinya maka kesempatan untuk memiliki anak
akan semakin banyak,begitu sebaliknya. Dengan demikian usia kawin pertama
wanita PUS yang relatif muda sebagai penyebab banyaknya jumlah anak yang
dimiliki PUS setiap keluarga pra sejahtera.
4.5
Pandangan PUS Terhadap Nilai Anak
Nilai anak dalam keluarga adalah pandangan orang tua
terhadap kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga. Nilai anak yang
dimiliki oleh suatu keluarga,sangat menentukan banyaknya jumlah anak yang
dimiliki dalam suatu keluarga. Pandangan responden PUS terhadap nilai anak :
No
|
Pandangan PUS terhadap nilai anak
|
Jml anak yg dimiliki
|
jumlah
|
|
<3
|
≥3
|
|||
1
|
Setuju
|
7(17,5%)
|
16(40%)
|
23(57,5%)
|
2
|
Tidak setuju
|
5(12,5%)
|
12(30%)
|
17(42,5%)
|
Jumlah
|
12(30%)
|
28(70%)
|
40(100%)
|
Sumber : Data Primer Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas,dapat dijelaskan bahwa masih
banyak PUS yang setuju terhadap nilai anak dalam keluarga,yang menyebabkan
banyaknya jumlah anak yang dimiliki ≥ 3 jiwa per kepala keluarga. Sehingga
semakin banyak anak, semakin banyak pula biaya hidup yang harus dikeluarkan
selama hidup. Akan tetapi dengan jumlah anak yang sedikit,biaya pengeluaran pu
sedikit. Dan ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga PUS.
Pandangan PUS terhadap nilai anak antaranya,anak
sebagia karunia Tuhan yang tidak dapat ditolak,anak akan membantu pekerjaan
orang tua,anak sebagai ikatan perkawinan,anak sebagai pewaris harta,dan lain
sebagainya.
Masih kuatnya pandangan keluarga PUS terhadap nilai
anak,menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga
pra sejatera di Desa Begelan.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian deskripsi data yang telah
dianalisis,maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Usia kawin
pertama wanita PUS relatif muda yaitu < 16 tahun (72,5%), menjadi penyebab
banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga di Desa Bagelen Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran,karena semakin muda usia wanita PUS melakukan
perkawinan,semakin lama masa produksinya maka kesempatan untuk memiliki anak
semakin banyak,begitu sebaliknya. Dan ini menjadi pengaruh terhadap
kesejahteraan keluarga.
2.
Masih kuatnya
pandangan nilai anak yaitu banyak anak banyak rejeki pada PUS (57,5%) menjadi penyebab banyaknya jumlah
anak yang dimiliki PUS setiap keluarga. Sehingga dengan pandangan ini,secara
otomatis banyak anak banyak pula tanggungan hidupnya. Dan ini menjadi pengaruh
terhadap tingkat kesejahteraan keluarga.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.2009. Monografi Desa Bagelen. Bagelen.
Kabupaten Pesawaran
Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Dalam Angka . BPS Provinsi Lampung. Lampung
Hadari Nawami. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. UGM. Yogyakarta
Mohamad Ali. 1985. Penelitian
kependidikan prosedur dan strategi. Angkasa. Bandung
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. PT Rineka Cipta.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar