Kamis, 02 Januari 2014

PENGARUH BANYAKNYA JUMLAH ANAK TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menjadi masalah yang cukup serius apabila tidak segera diselesaikan,laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak terkendalikan akan berpengaruh terhadap semakin menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat dan keluarga. Hal ini seperti peningkatan jumlah pendudui di Provinsi Lampung pada tahun 2005 berjumlah 7.116.177 jiwa dan di tahun 2006 bertambah menjadi 7.211.586 jiwa,bahkan di tahun 2007 berjumlah 7.289.767 jiwa (BPS,2008 :63).
Bertolak dari data tersebut,dinyatakan bahwa di wilayah Provinsi Lampung terjadi pertambahan jumlah penduduk dalam kurun waktu tiga tahun sebanyak 173.590 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi yaitu 2,44% pertahun. Pertumbuhan penduduk dikategorikan rendah jika kurang dari 1%,sedangkan pertumbuhan penduduk antara1-2% dinyatakan sedang,dan dikatakan tinggi apabila lebih dari 2% (BPS,2008).
Pertambahan jumlah penduduk akan selalu berhubungan dengan upaya-upaya untuk melakukan pertambahan bahan-bahan konsumsi,sandang dan pangan,lapangan kerja,pendidikan,kesehatan, dan perumahan kebutuhan pokok untuk tempat hidup manusia. Apabila hal tersebut tidak dapat dipenuhi,akan menjadi permasalahan,akan menjadi permasalahan kesulitan kehidupan umat manusia.
Atas dasar kondisi tersebut,Pemerintah Indonesia telah melaksanakan program penekanan pertambahan jumlah penduduk melalui gerakan KB yang diprakarsai oleh BKKBN sebagai lembaga pemerintah dalam upaya menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program KB.
Menurut hasil pra survey di lapangan pada tanggal 8 mei 2009 kela Sekretaris Desa Bapak Sujono yang dilakukan oleh penulis di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan,bahwa sebagian besar kepala keluarga memiliki lebih dari dua orang anak. Hal ini terlihat masih tingginya jumlah anak ideal yang ingin dimiliki oleh PUS keluarga petani di Desa Bagelen yaitu ≥ 3 orang anak.
Berdasarkan data dari monografi Desa Bagelen,apabila dilihat dari kelompok umur,wanita pasangan usia subur yang ada di Desa Bagelen dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok umur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
No
Dusun
PUS menurut kelompok umur
<20 tahun
20-29 thn
30-49 th
jumlah
1
I
2
168
117
288
2
II
1
203
31
235
3
III
4
179
73
257
4
IV
5
241
92
337
5
V
0
102
38
140

Jumlah
13
893
351
1257
Sumber : Monografi Desa Begelen Tahun 2009
Berdasarkan Tabel di atas,dapat dijelaskan bahwa jumlah PUS wanita yang paling banyak berada pada kelompok umur 20-29 tahun dengan jumlah 893 orang PUS sedangkan yang paling sedikit adalah PUS wanita dengan kelompok umur kurang dari 20 tahun hanya 13 orang PUS, sisanya yang berjumlah 351 orang PUS terletak pada kelompok umur 30-49 tahun.
Berkaitan dari tabel tersebut, terjadi perbedaan antara PUS dengan kelompok dengan kelompok umur tertentu, pada PUS dengan kelompok umur 20-29 tahun jumlahnya lebih banyak. hal ini dapat berdampak pada besarnya jumlah anak yang dimiliki dalam satu keluarga, dikarenakan pada umur 20-29 tahun merupakan kelompok umur produktif serta merupakan masa subur bagi wanita.
Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Banyaknya Jumlah Anak yang dimiliki PUS Setiap Keluarga Terhadap Kesejahteraan Penduduk di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran 2009”

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah jumlah anak wanita PUS yang relatif muda menjadi penyebab rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga?
2.      Bagaimanakah pandangan tentang nilai anak dalam keluarga menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS sehingga tingkat kesejahteraan menjadi rendah?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah anak wanita PUS yang relatif muda terhadap tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
2.      Untuk mendapatkan informasi mengenai pandangan nilai anak dalam keluarga terhadap jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Geografi
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas mengenai pengaruh banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga terhadap kesejahteraan yaitu mengenai usia kawin pertama dan pandangan terhadap nilai anak dalam keluarga.
Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa gejala-gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak yang khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintarto.1997 :9). Berdasarkan uraian tersebut,ilmu geografi tidak hanya menggambarkan keadaan fisis bumi, tetapi juga kehidupan manusia yang berkaitan dengan aktifitasnya.
Geografi sosial adalah studi tentang bentang alam muka bumi oleh adanya interaksi dan interelasi aktivitas dan tata laku manusia dengan lingkungan fisik dan biotis, dalam usaha mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya (Budiyono,2003 :17). Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di muka bumi, diberikan kelebihan dalam berfikir dan memanfaatkan alam, bagaimana cara untuk bertahan hidup dan meneruskan keturunan,sehingga dapat menjaga dan memelihara yang telah dimiliki.
2.2  Penyebab Banyaknya Jumlah Anak yang Dimiliki
a.      Usia Kawin Pertama
Peristiwa kelahiran (natalitas) tidak terlepas dari masa subur yang dimiliki seorang wanita (fekunditas). Hal ini berarti kesuburan seorang wanita merupakan kemampuan untuk berproduksi sehinggan akan berpengaruh pada kemampuan melahirkan. Usia kawin pertama PUS adalah usia dari wanita PUS pada waktu menikah dengan seorang laki-laki pilihan yang syah sebagai suaminya. Usia perkawinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah anak yang dimiliki, karena pada umumnya umur perkawinan usia muda maka frekuensi untuk memiliki anak akan lebih besar.
Usia perkawinan minimum yang resmi cenderung lebih sedikit di atas usia pubertas, hanya sedikit pemuda atau pemudi yang kawin pada usia di bawah minimum usia kawin resmi,  frekuensi perkawinan menurut umur biasanya meningkat dengan sangat cepat pada usia yang relatif muda (David Lucas, 1990 :82).
Usia kawin sangat berhubungan dengan jumlah anak yang dimiliki, semakin rendah usia kawin maka semakin tinggi jumlah anak yang dimiliki. Wanita yang melangsungkan perkawinannya pada usia muda, maka proses reproduksinya akan berjalan panjang sehingga jumlah anak yang dimiliki lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita yang menikah pada usia dewasa,karena jika seorang wanita menikah pada usia dewasa maka masa reproduksinya relatif pendek sehingga jumlah anak yang dimiliki cenderung sedikit. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut, tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia kawin wanita pada saat perkawinan pertama (BKKBN, 2005:3).
b.      Pandangan Terhadap Nilai Anak dalam Keluarga
Anak adalah harapan keluarga karena anak mempunyaibanyak arti dan fungsi bagi keluarga. Oleh karena itu mempunyai anak sangat didambakan, baik dalam keluarga orang desa maupun orang kota.  Nilai anak dalam keluarga mepengaruhi banyaknya jumlah anak yanga dimiliki oleh setiap keluarga.
Dalam ikatan perkawinan antara Bapak dan Ibu,kelahiran anak merupakan suatu hal penting yang harus dimiliki. Karena anak adalah  sebagai pelanjut keturunan ; anak sebagai penerus sejarah kehidupan keluarga; anak sebagai pewaris nama keluarga ; anak merupakan kepuasan batin Bapak dan Ibu; anak merupakan tanda keberhasilan perkawinan antara Bapak dan Ibu (Budiyono, 1994 : 110)
Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga sangat didambakan sebagai hasil dari sebuah perkawinan, serta sangat penting dalam kehidupan keluarga, sehingga timbul pandangan bahwa anak akan membawa rezeki yang akan diterimanya. Tanpa kehadiran anak maka dalam kehidupan keluarga akan terasa sepi dan hampa.
Nilai anak bagi orang tua dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui antara lain dari adanya kenyataan bahwa anak menjadi tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Anak merupakan sumber kebahagiaan keluarga, anak sering dijadikan pertimbangan oleh pasangan suami istri untuk membatalkan keingingan bercerai, kepada anak nilai-nilai dalam keluarga dapat disosialisaskan dan harta kekayaan keluarga diwariskan serta menjadi tempat orang tua menggantungkan berbagai harapan.












BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Mohamad Ali (1985 : 20) adalah metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi pada masa sekarang,yang dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan laporan dengan tujaun utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif dalam mendeskripsikan sesuatu. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga terhadap jumlah kesejahteraan penduduk. Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
3.2 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006 :130). Populasi dalam penelitian adalah wanita pasangan usia subur (PUS) yang ada di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan,Kabupaten Pesawaran yakni berjumlah 405 orang yang terbagi ke dalam 5 dusun (monografi, Desa Bagelen,2009).
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006 : 131). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu unit sampel yang dihubungkan disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Hadari Nawami,2001 :157).
Peneliti mengambil sampel penelitian sebanyak 10 % dari jumlah populasi (405 jiwa) yaitu sebanyak 40 orang wanita PUS. Besarnya anggota sampel yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yaitu waktu,biaya,tenaga,dan kemampuan peneliti yang terbatas.
Peneliti mengambil sampel di 2 Dusun yaitu Dusun III sebanyak 12 responden dan dusun IV sebanyak 28 responden.
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.      Variabel bebas adalah usia kawin pertama PUS dan pandangan nilai anak dalam keluarga.
2.      Variabel terikat dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga.
b. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah :
1.      Usia kawin pertama PUS adalah usia pasangan subur pada saat melangsungkan perkawinan pertamanya yang dinyatakan dalam tahun yaitu :
a.       Umur < 16 tahun tergolong perkawinan muda
b.      Umur ≥ 16 tahun tergolong perkawinan dewasa
2.      Nilai anak dalam keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan PUS setiap keluarga tentang nilai anak dalam sebuah keluarga,yang dapat mempengaruhi banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Pandangan PUS setiap keluarga petani miskin terhadap nilai anak dalam sebuah keluarga adalah :
a.       Suatu perkawinan harus menghasilkan anak
b.      Anak sebagai karunia Tuhan yang tidak dapat ditolak
c.       Anak sebagai jaminan hari tua
d.      Anak akan membantu pekerjaan orangtua
e.       Anak sebagai kepuasan batin orangtua
f.       Anak sebagai penerus sejarah atau nama keluarga
g.      Banyak anak banyak rejeki
h.      Anak sebagai ikatan perkawinan
i.        Anak sebagai pewaris harta
j.        Jika hanya memiliki anak perempuan harus diusahakan untuk memiliki anak laki-laki

c.       Teknik Pengumpulan Data
1.      Observasi
Observasi  adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Moh Pabundu Tika,2005 : 44). Dengan teknik ini dapat diperoleh tentang keadaan lokasi atau wilayah penelitian dan keadaan subjek penelitian. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh banyak jumlah anak dalam keluarga terhadap kesejahteraan keluarga di Desa Bagelen.
2.      Teknik Kuesioner
Kuesioner adalah pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dan dikembalikan kepada peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 225) menyatakan bahwa kuesioner adalah “ sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui”. Dalam melaksanakan teknik ini dilakukan dengan mendatangi beberapa responden pada setiap dusun kemudian menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden yang dibantu oleh beberapa orang.
3.      Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada penggunaan tabulasi,yaitu dalam bentuk tabel frekuensi dan presentase. Berdasarkan pada tabel data yang telah ditabulasi tersebut diinterpresasikan.
Dalam analisa tabulasi frekuensi dan presentase tersebut, digunakan rumus sebagai berikut :
                        Keterangan :
                        %         = presentase yang diperoleh
                        n          = jumlah nilai yang diperoleh
                        N         = jumlah seluruh nilai
                        100%   = konstanta (Mohamad Ali,1985 : 194)









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Geografis Daerah Penelitian
1. Sejarah Singkat Daerah Penelitian
Desa Bagelen yang berada di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran berdiri pada tahun 1905. Desa Bagelen adalah Desa Kolonisasi yang pertama didirikan oleh pemerintah Belanda di Indonesia. Para kolonisasi (kolonistan) didatangkan dari Pulau Jawa menuju Lampung. Nama desa Bagelen disesuaikan dengan daerah asal penduduk yaitu daerah Bagelen Kedu (daerah Purworejo, Jawa Tengah ).
Adanya kolonisasi dari Jawa ke Sumatera dikarenakan Kresidenan Kedu (Kuto Arjo,Purworejo,Klaten,Kebumen,dan Karang Anyar) merupakan daerah yang padat penduduknya,sehingga sebagian besar tidak memiliki tanah/sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Adapun jumlah penduduk yang didatangkan ke Desa Bagelen pada tahun 1905-1908 adalah sebagai berikut :
1.      pada tahun 1905, merupakan penduduk yang pertama kali didatangkan sebanyak 43 jiwa ,terdiri dari 40 jiwa laki-laki dan 3 jiwa perempuan, yang dipimpin oleh tuan Eeteng.
2.      Pada tahun 1906, jumlah penduduk yang didatangkan sebanyak 203 jiwa, yang dipimpin oleh tuan Heers.
3.      Pada tahun 1907,jumlah penduduk yang didatangkan sebanyak 100 jiwa,yang dipimpin oleh tuan Alweek.
4.      Pada tahun 1908, jumlah penduduk yang didatangkan sebanyak 500 jiwa,yang dipimpin oleh tuan Baang.
2. Letak Astronomis dan Administratif
Letak astronomis adalah letak suatu tempat atau daerah berdasarkan pada garis lintang dan garis bujur atau meredian bumi. Garis lintang adalah garis khayal pada peta atau globe yang menghubungkan titik barat dan titik timur yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Sedangkan garis khayal pada peta atau globe yang menghubungkan ke dua kutub bumi (Sudarmi, 2005 :1)
Desa Bagelen secara astronomis terletak antara 05023’10”LS sampai dengan 05024’20”LS dan 105004’45”BT sampai dengan 105005’15’BT (Peta Desa Bagelen,2008 ) yang berada dalam wilayah Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Letak administratif adalah letak suatu daerahterhadap pembagian wilayah administratif pemerintahan. Ditinjau dari letak administratif, Desa Bagelen terletak di Ibukota Kecamatan Gedong Tataan. Lokasi Desa Bagelen berjarak kurang lebih 1 km dari Ibukota Kecamatan Gedong Tataan,dengan Ibukota Kabupaten Lampung Selatan berjarak 90 Km,dan dengan Ibukota Provinsi Lampung berjarak 24 Km (Monografi Desa Bagelen,2009).
4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal
Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan atau dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh mayarakat (Afnil Guza,2009 :35).
Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan adalah pengelompokan penduduk yang didasarkan pada tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penduduk melalui lembaga pendidikan sekolah. Penduduk Desa Bagelen ditinjau dari tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2008 dan Tahun 2009.
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
2008
2009
1
TK
38 (0,6%)
53 (0,8%)
2
SD
5820 (91,3%)
6047 (90,5%)
3
SLTP
363 (5,7%)
413 (6,2%)
4
SLTA
127 (2,0%)
147 (2,2%)
5
Akademi/PT
23 (0,4%)
18 (0,3%)

Jumlah
6371 (100,0%)
6678 (100,0%)
 Sumber : Monografi Desa Bagelen Tahun 2009
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan,bahwa adanya pertambahan tingkat pendidikan formal di Desa Bagelen,paling banyak yaitu berstatus Sekolah Dasar sebanyak 5820 jiwa pada tahun 2008,kemudian meningkat menjadi 6047 jiwa pada tahun 2009. Hal ini dikarenakan banyaknya keluarga pra sejahtera yang ada di Desa Bagelen,sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan pendidikan formal. Sebaliknya,lulusan akademi atau perguruan tinggi pada tahun 2008 sebanyak 23 jiwa,pada tahun berikutnya berkurang menjadi 18 jiwa. Banyaknya jumlah penduduk yang tidak sekolah berpengaruh terhadap kehidupan sosial,sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk adalah pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,penduduk di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran bekerja diberbagai jenis lapangan pekerjaan sesuai dengan keadaan alam dan lingkungan tempat tinggal. Berikut tabel jumlah penduduk menurut mata pencaharian :

No
Jenis mata pencaharian
Jumlah (jiwa)
2008
2009
1
Tani
2056 (32,3%)
1983 (30,0%)
2
Dagang
1027 (16,1%)
974 (14,5%)
3
PNS
582 (9,1%)
582 (8,75)
4
Pensiunan
351 (5,5%)
351(5,2%)
5
Purnawirawan
117 (1,8%)
117 (1,7%)
6
Tukang
554 (8,7%)
987 (14,7%)
7
Sopir
73 (1,2%)
93 (1,4%)
8
Buruh
1611 (25,3%)
1591 (23,8%)

Jumlah
6371 (100,0)
6678 (100,0%)
Sumber : Monografi Desa Bagelen Tahun 2009
Berdasarkan tabel tersebut,dalam jangka waktu satu tahun adanya perubahan jumlah penduduk yang drastis,terutama pada mata pencaharian tani,dagang,tukang,dan buruh. Hal ini dikarenakan semakin sempitnya lahan pertanian yang digunakan untuk pemukiman dan tidak memiliki keahlian khusus,sehingga pekerjaan sebagai tani berubah menjadi dagang,tukang,dan buruh.
4.4 Tingkat Pendidikan Wanita PUS
Pengertian pendidikan menurut GBHN dalam Abu Ahmadi (2003:70) adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Tabel jumlah anak yang dimiliki responden berdasarkan tingkat pendidikan wanita pasangan usia subur.
No
Tingkat pendidikan
Jmlh anak yang dimiliki(jiwa)
Jumlah
<3
≥3
1
SD
8 (20%)
25 (62,5%)
33 (82,5%)
2
SLTP
3 (7,5%)
2 (5%)
5 (12,5%)
3
SLTA
1 (2,5%)
1 (2,5%)
2 (5%)

Jumlah
12 (30%)
28 (70%)
40 (100%)
Sumber : Data Primer Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden wanita PUS keluarga mempengaruhi banyaknya jumlah anak yang dimiliki. Jumlah anak paling banyak dimiliki oleh wanita PUS dengan tingkat pendidikan SD yaitu ≥3 anak per kepala keluarga.
Banyaknya jumlah wanita PUS dengan pendidikan SD,berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan rendah maka kesejahteraan hiduppun rendah.
Pembahasan penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki
No
Usia kawin (kategori)
Jml anak yg dimiliki(jiwa)
Jumlah
<3
≥ 3
1
<16
5 (12,5%)
24 (60%)
29 (72,5%)
2
≥16
7 (17,5%)
4 (10%)
11 (27,5%)

Jumlah
12 (30%)
28 (70%)
40 (100%)
Sumber : Data Primer Tahun 2010
Berdasarkan tabel diatas,dapat dijelaskan bahwa usia perkawinan mempengaruhi banyaknya jumlah anak yang dimiliki,wanita PUS yang melakukan perkawinan pada usia muda,maka masa reproduksinya lebih panjang sehingga kesempatan untuk memiliki anak semakin besar.
Wanita pasangan usia subur di Desa Bagelen ini masih banyak yang melakukan perkawinan pada usia muda,menyebabkan banyaknya jumlah anak yang dimiliki pada masing-masing kepala keluarga. Banyaknya jumlah anak yang dimiliki yaitu ≥ 3 anak.
Hal ini sesuai dengan penggolongan umur perkawinan berdasarkan Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974,yang tercantum pada pasal 15 ayat 1 tentang rukun dan syarat perkawinan,yaitu untuk wanita dibawah umur 16 tahun (<16 tahun) dinyatakan sebagai usia kawin muda dan untuk wanita berumur 16 tahun ke atas dinyatakan usia kawin dewasa.
Semakin muda usia wanita PUS melakukan perkawinan,semakin lama masa reproduksinya maka kesempatan untuk memiliki anak akan semakin banyak,begitu sebaliknya. Dengan demikian usia kawin pertama wanita PUS yang relatif muda sebagai penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga pra sejahtera.
4.5 Pandangan PUS Terhadap Nilai Anak
Nilai anak dalam keluarga adalah pandangan orang tua terhadap kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga. Nilai anak yang dimiliki oleh suatu keluarga,sangat menentukan banyaknya jumlah anak yang dimiliki dalam suatu keluarga. Pandangan responden PUS terhadap nilai anak :
No
Pandangan PUS terhadap nilai anak
Jml anak yg dimiliki
jumlah
<3
≥3
1
Setuju
7(17,5%)
16(40%)
23(57,5%)
2
Tidak setuju
5(12,5%)
12(30%)
17(42,5%)

Jumlah
12(30%)
28(70%)
40(100%)
Sumber : Data Primer Tahun 2010
Berdasarkan tabel di atas,dapat dijelaskan bahwa masih banyak PUS yang setuju terhadap nilai anak dalam keluarga,yang menyebabkan banyaknya jumlah anak yang dimiliki ≥ 3 jiwa per kepala keluarga. Sehingga semakin banyak anak, semakin banyak pula biaya hidup yang harus dikeluarkan selama hidup. Akan tetapi dengan jumlah anak yang sedikit,biaya pengeluaran pu sedikit. Dan ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga PUS.
Pandangan PUS terhadap nilai anak antaranya,anak sebagia karunia Tuhan yang tidak dapat ditolak,anak akan membantu pekerjaan orang tua,anak sebagai ikatan perkawinan,anak sebagai pewaris harta,dan lain sebagainya.
Masih kuatnya pandangan keluarga PUS terhadap nilai anak,menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga pra sejatera di Desa Begelan.












BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian deskripsi data yang telah dianalisis,maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Usia kawin pertama wanita PUS relatif muda yaitu < 16 tahun (72,5%), menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga di Desa Bagelen Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran,karena semakin muda usia wanita PUS melakukan perkawinan,semakin lama masa produksinya maka kesempatan untuk memiliki anak semakin banyak,begitu sebaliknya. Dan ini menjadi pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga.
2.      Masih kuatnya pandangan nilai anak yaitu banyak anak banyak rejeki pada PUS  (57,5%) menjadi penyebab banyaknya jumlah anak yang dimiliki PUS setiap keluarga. Sehingga dengan pandangan ini,secara otomatis banyak anak banyak pula tanggungan hidupnya. Dan ini menjadi pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2009. Monografi Desa Bagelen. Bagelen. Kabupaten Pesawaran
Badan Pusat Statistik. 2008. Lampung Dalam Angka . BPS Provinsi Lampung. Lampung
Hadari Nawami. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. UGM. Yogyakarta
Mohamad Ali. 1985. Penelitian kependidikan prosedur dan strategi. Angkasa. Bandung
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. PT Rineka Cipta. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar